Dunia bulu tangkis Indonesia digemparkan dengan keputusan mengejutkan dari dua pemain andalan tunggal putra, salah satunya adalah Jonatan Christie. Atlet berusia 27 tahun yang dikenal dengan sapaan Jojo ini resmi mengundurkan diri dari pelatnas PBSI Cipayung dan akan berlatih secara mandiri di luar sistem nasional.
Meski demikian, PBSI menegaskan bahwa keputusan tersebut bukanlah bentuk konflik, melainkan langkah kolaboratif demi meningkatkan performa atlet dalam situasi yang lebih fleksibel. Lalu, siapa sebenarnya Jonatan Christie dan seperti apa perjalanan panjang kariernya?
Awal Karier Jonatan Christie
Jonatan Christie lahir di Jakarta, 15 September 1997, dari pasangan Andreas Adi dan Marianti Djaja. Sejak usia enam tahun, ia sudah mengenal raket dan shuttlecock, berkat peran besar sang ayah yang memperkenalkannya pada olahraga bulu tangkis.
Meski sempat mencicipi olahraga lain seperti sepak bola dan basket, bulu tangkis menjadi jalan hidup Jojo. Ia mulai menimba ilmu di klub bulu tangkis Taurus, dan sejak dini menunjukkan bakat luar biasa. Pada usia 11 tahun, Jojo berhasil mengoleksi tujuh gelar juara dari kejuaraan tingkat DKI hingga internasional.
Tahun 2008 menjadi titik awal kesuksesan Jojo. Ia meraih medali emas dalam ajang Olimpiade Pelajar Sekolah Dasar se-Asia Tenggara di Jakarta. Tak lama setelah itu, ia mendapat penghargaan Satyalancana dari Presiden RI ke-5, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2009.
Pada 2010, Jojo meraih gelar Juara Junior Asia U-15 di Ichiba, Jepang. Namun yang paling mencengangkan adalah saat ia menjadi juara Indonesia International Challenge 2013 di usia 15 tahun, mengalahkan pemain senior Alamsyah Yunus di final.
Peringkat Dunia dan Fokus ke Olimpiade 2028
Karier Jojo terus menanjak di level senior. Pada SEA Games 2015, ia berkontribusi besar dalam menyumbang medali emas beregu untuk Indonesia. Ia juga tampil memukau di Indonesia Open 2015, mencapai perempat final dan membuat publik menaruh perhatian lebih padanya.
Puncak pencapaiannya datang saat Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang. Dalam laga final tunggal putra, Jojo menaklukkan wakil Taiwan, Chou Tien Chen, dalam pertandingan sengit tiga gim: 21–18, 20–22, dan 21–15. Kemenangan itu tidak hanya memberinya medali emas, tapi juga menjadikannya ikon nasional dan wajah baru bulu tangkis Indonesia.
Setelah Asian Games, Jojo tak berhenti bersinar. Ia menjuarai berbagai turnamen BWF World Tour, termasuk di Australia Terbuka, Selandia Baru, Swiss Open, serta menyabet medali perak di Prancis dan Jepang. Ia juga bagian dari tim yang membawa Indonesia meraih gelar Piala Thomas 2020 di Aarhus, Denmark, gelar yang sudah 19 tahun tak kembali ke tanah air.
Meski demikian, pada Kamis (15/5/2025), Jonatan Christie bersama rekannya Chico Aura Dwi Wardoyo memutuskan untuk meninggalkan pelatnas PBSI dan menjalani program latihan mandiri. Langkah ini memicu beragam reaksi dari masyarakat dan media.
Namun, PBSI menegaskan bahwa ini bukan perpisahan, melainkan bentuk kolaborasi baru. PBSI tetap akan memberikan dukungan teknis dan keduanya tetap menjadi bagian dari tim nasional dalam turnamen resmi. Artinya, Jojo masih akan mewakili Merah Putih di kejuaraan dunia, Piala Thomas, Olimpiade, dan turnamen penting lainnya.
Hingga Mei 2025, Jonatan Christie menempati peringkat ke-5 dunia dalam daftar tunggal putra BWF. Dengan target besar menuju Olimpiade Los Angeles 2028, keputusan latihan mandiri ini dianggap sebagai strategi untuk menyesuaikan program latihan dengan kebutuhan pribadi, menjaga kondisi tubuh, dan memperpanjang masa puncak kariernya.