Dalam tradisi sepak bola dunia, penggunaan nama kota sebagai identitas klub merupakan hal lumrah. Manchester memiliki United dan City sebagai wakilnya. Begitu pula Milan yang diwakili AC Milan dan Inter Milan.
Di Spanyol, ada Sevilla FC dan Real Betis di kota Sevilla; di Jerman, Hamburg SV mewakili Hamburg; sedangkan di Indonesia, kita mengenal Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, dan PSM Makassar yang mengusung nama kota mereka.
Namun, satu hal menarik terjadi di Inggris: tidak ada satu pun klub sepak bola besar yang menyandang nama London secara langsung. Padahal, London adalah ibu kota Britania Raya dan salah satu kota terbesar serta paling berpengaruh di dunia. Mengapa demikian?
London merupakan kota dengan luas wilayah sekitar 1.572 kilometer persegi, hampir dua kali lipat lebih besar dibanding Manchester dan 15 kali lebih luas dari Liverpool. Selain itu, London memiliki struktur sosial dan sejarah yang kompleks, dengan berbagai distrik yang memiliki identitas sangat kuat. Inilah yang membedakannya dari kota lain.
Di London, setiap klub justru lahir dari wilayahnya masing-masing. Arsenal dan Tottenham Hotspur misalnya, mewakili London Utara. Chelsea dan Fulham berakar dari London Barat, sementara West Ham United berasal dari London Timur.
Crystal Palace berbasis di wilayah selatan, sedangkan Brentford juga menjadi kebanggaan warga London Barat. Jika salah satu klub ini tiba-tiba mengganti namanya menjadi London FC, akan timbul pertanyaan: “London yang mana?”
Konsep ini dijelaskan oleh banyak pengamat sebagai bentuk penghormatan pada keragaman identitas distrik. Mengganti nama Chelsea menjadi London FC, misalnya, hanya akan memicu penolakan dari warga London Utara atau Timur yang tidak merasa terwakili oleh klub yang berbasis di kawasan barat itu.
Tak hanya itu, persebaran klub London yang merata di berbagai kasta kompetisi sepak bola Inggris memperkuat fakta bahwa kota ini tidak memiliki satu “klub sentral” yang dapat mengklaim seluruh London.
Pada musim Liga Primer 2022/23 saja, ada tujuh klub asal London yang tampil: Arsenal, Brentford, Chelsea, Crystal Palace, Fulham, Tottenham Hotspur, dan West Ham United. Di divisi bawah, klub seperti Millwall, Charlton Athletic, AFC Wimbledon, hingga Barnet juga berkompetisi membawa nama distrik mereka masing-masing.
Inilah sebabnya hingga hari ini, tidak ada klub sepak bola besar yang berani menggunakan nama “London FC”. Bagi penduduk ibu kota Inggris, sepak bola adalah soal kebanggaan lokal. Identitas klub mereka bukan hanya tentang kota, melainkan tentang distrik, komunitas, dan sejarah yang sudah mengakar selama lebih dari satu abad.