Timnas Voli Thailand kembali berlaga di Volleyball Nations League (VNL) 2025 sebagai salah satu kekuatan utama dari Asia. Didukung oleh pengalaman bertahun-tahun dan sokongan dari program FIVB Volleyball Empowerment, skuad Thailand memasuki musim ini dengan karakter yang matang serta warisan kuat dari generasi sebelumnya.
Tim Thailand kini dikenal dengan identitas permainannya yang khas—hasil transisi mulus dari era para legenda menuju generasi baru yang tak kalah gemilang. Enam pemain legendaris seperti Pleumjit Thinkaow, Wilavan Apinyapong, Nootsara Tomkom, Onuma Sittirak, Malika Kanthong, dan Amporn Hyapha telah menorehkan sejarah dengan membangkitkan voli Thailand di panggung dunia. Kepergian mereka dari tim nasional usai VNL 2021 menjadi penanda berakhirnya satu era dan dimulainya babak baru.
Babak baru ini dipimpin oleh kelompok yang dikenal sebagai Magnificent Se7en, yang terdiri dari Piyanut Pannoy, Thatdao Nuekjang, Hattaya Bamrungsuk, Pornpun Guedpard, Ajcharaporn Kongyot, Chatchu-On Moksri, dan Pimpichaya Kokram. Ketujuh pemain ini kini menjadi tulang punggung tim nasional dan telah mengambil alih tanggung jawab meneruskan warisan dengan identitas serta gaya permainan mereka sendiri.
Transformasi skuad Thailand juga tak lepas dari peran besar program FIVB Volleyball Empowerment. Sejak 2018, Asosiasi Bola Voli Thailand telah menerima dukungan lebih dari CHF 551.000, termasuk CHF 216.000 untuk pelatihan spesifik pada 2022 dan 2023. Bantuan ini meliputi pelatihan, peralatan, dan infrastruktur yang mendukung pengembangan tim secara berkelanjutan.
Thailand telah ambil bagian di setiap edisi VNL sejak debutnya pada 2018. Setelah bertahun-tahun beradaptasi dengan perubahan sistem dan personel, mereka mencatat tonggak bersejarah dengan lolos ke Babak Final VNL 2022. Kini, di VNL 2025, Thailand kembali dengan semangat yang tak berubah dan tim yang semakin matang, baik secara teknis maupun mental.
Pada fase penyisihan VNL 2025, Thailand dijadwalkan bertanding di tiga kota berbeda. Mereka akan memulai laga di Beijing pada 4–8 Juni melawan Polandia, Belgia, Turki, dan Prancis.
Selanjutnya, mereka akan tampil di Hong Kong pada 18–22 Juni untuk menghadapi Italia, Jepang, Republik Ceko, dan Bulgaria. Terakhir, mereka akan menutup babak penyisihan di Arlington, AS, pada 9–13 Juli, menghadapi tim tuan rumah Amerika Serikat, Jerman, Republik Dominika, dan Kanada.
Di dalam tim, keseimbangan dan kepemimpinan menjadi kekuatan utama. Chatchu-On tetap menjadi andalan dalam mencetak poin, didukung oleh ketangguhan Ajcharaporn dan Pimpichaya yang memberikan stabilitas di kedua sisi lapangan.
Di tengah, Thatdao dan Hattaya menjadi jangkar pertahanan dan serangan cepat, sementara Pornpun memimpin serangan dengan kecermatan sebagai setter utama. Di lini belakang, Piyanut tetap menjadi sosok penting dalam menjaga kestabilan pertahanan.
Generasi ini tidak mencoba meniru era sebelumnya. Mereka membangun tim dengan karakter dan gaya sendiri, yang lahir dari kebersamaan selama bertahun-tahun serta kesetiaan terhadap filosofi permainan khas Thailand.
Dukungan penggemar terhadap tim ini tetap menjadi salah satu yang terkuat di dunia bola voli internasional. Bukan hanya karena hasil, melainkan karena cara mereka bermain—penuh semangat, kebersamaan, dan keceriaan yang menginspirasi.
Thailand kini sedang membentuk warisan baru, dengan generasi sebelumnya menyaksikan dari pinggir lapangan—bangga dan percaya bahwa tim ini berada di tangan yang tepat.