Di sebuah desa bernama Gandang Batu, Kecamatan Larompong Selatan, Kabupaten Luwu, tinggal seorang anak hebat bernama Muhammad Daffa Albisyakil. Teman-temannya memanggilnya Yoko. Yoko lahir pada 11 Maret 2012. Ia adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara, putra dari Bapak Daring dan Ibu Raisah.
Sejak kecil, Muhammad Daffa Albisyakil alias yoko sudah suka menendang apa saja. Bahkan sebelum mengenal bola sepak sungguhan, ia sudah senang menendang benda apa pun yang ada di depannya. Namun, di desanya tidak ada lapangan sepak bola. Jadi, Yoko sering berlatih di lapangan voli dekat rumahnya. Meski hanya di lapangan voli, semangatnya untuk bermain bola tetap besar.
Ketika usianya sembilan tahun, keluarga Yoko menyekolahkannya di Luwu Soccer School (LSS). Di sanalah ia belajar mengolah bola dengan baik. Berkat latihan rutin dan kerja kerasnya, Yoko dikenal sebagai pemain lincah, berbakat, dan disiplin.
Pada tahun 2023, LSS mengikuti turnamen Barati Cup di Bali. Walaupun timnya tidak menjadi juara, ada hal istimewa yang terjadi. Bakat Yoko berhasil menarik perhatian tim pelatih Barati. Ia kemudian ikut seleksi bersama 50 pemain muda lainnya dari berbagai daerah. Hasilnya, Yoko terpilih menjadi satu-satunya pemain dari Indonesia Timur yang masuk skuad Barati Indonesia.
Kini, di usianya yang 13 tahun, Yoko sedang bersiap untuk mengikuti Dana Cup 2025 di Hjørring, Denmark. Turnamen ini adalah salah satu turnamen sepak bola anak-anak terbesar di Eropa yang diakui UEFA. Dana Cup akan diadakan pada 19 hingga 27 Juli 2025 dan diikuti ribuan pemain muda dari berbagai negara.
Lihat postingan ini di Instagram
Sebelum ke Denmark, Yoko berada di Jakarta untuk mengurus visa. Ia akan berangkat pada 17 Juli mendatang bersama tim Barati Mendunia.
CEO Barati Mendunia, Krisna Wisnu Marsis, mengatakan bahwa Yoko terpilih setelah melewati seleksi yang ketat. Bayangkan saja, ia dipilih dari 2.300 pemain muda dari 120 Sekolah Sepak Bola (SSB) di Indonesia dan satu negara ASEAN. Krisna berkata, “Daffa adalah bukti bahwa mimpi besar bisa datang dari desa kecil.”
Ketua KONI Kabupaten Luwu, Suryanto, juga bangga kepada Yoko. Ia bahkan datang langsung ke rumah Yoko di Desa Gandang Batu untuk memberikan semangat. Menurutnya, apa yang diraih Yoko adalah contoh nyata bahwa keterbatasan fasilitas tidak menghalangi prestasi. Pak Suryanto berkata, “Fasilitas memang penting, tapi semangat dan ketekunan jauh lebih menentukan.”
Sekarang, Yoko menjadi harapan dan kebanggaan keluarganya, sekolahnya, dan desanya. Ia membuktikan bahwa walaupun tinggal di desa kecil dan hanya berlatih di lapangan voli, jika kita rajin berlatih dan punya mimpi besar, kita bisa meraih prestasi tinggi.
Semoga nanti saat bermain di Denmark, Yoko bisa bermain dengan baik dan membawa nama Indonesia semakin dikenal di dunia sepak bola. Siapa tahu, suatu hari nanti Yoko akan menjadi pemain tim nasional Indonesia yang hebat dan bisa membanggakan bangsa!