Strategi man marking atau penjagaan satu lawan satu memang bisa sangat efektif, tetapi tidak semua tim mampu menjalankannya dengan baik. Salah satu contohnya adalah Leeds United di era Marcelo Bielsa. Tim ini terkenal karena kebugaran fisiknya yang luar biasa dan kemampuan untuk terus menekan sepanjang pertandingan. Namun, tidak semua tim punya stamina seperti itu.
Bagi tim yang tidak memiliki kondisi fisik prima, sistem man marking bisa sangat melelahkan. Pemain harus terus-menerus mengikuti gerakan lawan, naik-turun lapangan tanpa henti, yang menguras energi lebih cepat. Dalam jangka panjang, ini membuat tim rentan terhadap serangan balik atau kelelahan di akhir pertandingan.
Selain itu, man marking seringkali membuat formasi tim menjadi tidak stabil. Karena setiap pemain fokus pada satu lawan, struktur pertahanan bisa menjadi kacau jika lawan bergerak keluar dari posisi normal mereka. Hal ini menyulitkan pemain bertahan untuk tetap menjaga posisi ideal.
Sebaliknya, strategi zonal marking lebih efisien secara fisik dan taktis. Dengan menjaga area tertentu di lapangan, pemain tidak perlu terus mengejar lawan, sehingga mereka bisa menghemat energi dan menjaga formasi tim tetap rapi. Sistem ini juga membuat pertahanan lebih mudah diprediksi dan terorganisir, karena posisi pemain didasarkan pada ruang, bukan pada pergerakan lawan yang bisa berubah-ubah.