Panggung megah Centre Court Wimbledon menyaksikan sejarah baru ketika Iga Swiatek, petenis asal Polandia, menyabet gelar juara tunggal putri Wimbledon 2025. Kemenangan tersebut diraih dengan cara yang nyaris tak terbayangkan. Ia menang dua set langsung dengan skor telak 0-6, 0-6 atas wakil Amerika Serikat, Amanda Anisimova.
Pertandingan final Grand Slam bergengsi yang digelar Sabtu malam waktu London ini berakhir hanya dalam 48 menit. Ini menjadi salah satu final tercepat dan paling dominan dalam sejarah turnamen Wimbledon.
Final Wimbledon 2025 seharusnya menjadi laga klimaks antara dua talenta muda berbakat yang berhasil menaklukkan lawan-lawan tangguh sepanjang turnamen. Namun kenyataan berkata lain. Swiatek tampil sangat dominan sejak awal pertandingan. Tak hanya memenangi semua gim, ia juga tidak memberikan satu pun poin kepada Anisimova di beberapa gim penting.
Swiatek yang tampil penuh percaya diri mampu membaca pola permainan Anisimova dengan sangat efektif. Di set pertama, ia langsung mencetak break point di gim pertama, lalu mengamankan servisnya dengan sempurna untuk unggul 0-2. Ia terus menekan dan menutup set pembuka dengan kemenangan 0-6, tanpa membiarkan lawannya berkembang.
Memasuki set kedua, Amanda Anisimova mencoba bermain lebih agresif. Namun lagi-lagi, permainan solid dan variasi pukulan Swiatek tidak bisa diantisipasi. Kombinasi drop shot, backhand presisi, hingga penguasaan baseline membuat Anisimova frustrasi. Skor akhir 0-6 kembali terulang. Ia mencatatkan kemenangan double bagel langka di babak final turnamen Grand Slam.
Gelar Grand Slam Ke-6 & Wimbledon Pertama Swiatek
Bagi Swiatek, kemenangan ini sangat istimewa. Selain menjadi gelar Grand Slam ke-6 dalam kariernya, ini adalah pertama kalinya ia menjuarai Wimbledon, turnamen lapangan rumput yang selama ini dianggap bukan kekuatan utamanya.
Sebelumnya, Swiatek dikenal sebagai ratu lapangan tanah liat dengan beberapa gelar French Open. Namun sejak debut profesionalnya pada 2016, ia belum pernah menembus final Wimbledon. Bahkan, statistik memperlihatkan bahwa sebelum musim ini, pencapaiannya paling tinggi hanyalah babak keempat.
Sementara itu, kekalahan Amanda Anisimova tak lepas dari penampilannya yang kurang optimal di laga final. Meski sebelumnya berhasil menyingkirkan beberapa unggulan top seperti Aryna Sabalenka dan Coco Gauff, tekanan mental dan fisik di laga puncak tampaknya membuat Anisimova kehilangan fokus.
Permainannya terlihat terburu-buru. Ia banyak melakukan unforced errors, dan gagal mempertahankan servisnya. Bahkan, ia tidak mencatat satu pun ace di sepanjang laga. sementara Swiatek tampil sempurna dalam pengembalian bola dan servis kedua.