Asal Usul Gegenpressing: Jika Anda mendengar nama Ralf Rangnick, mungkin yang terlintas di benak adalah masa singkatnya bersama Manchester United pada musim 2021-2022—periode yang diwarnai hasil mengecewakan dan pergolakan ruang ganti.
Namun, bagi para pecinta taktik sepak bola, Rangnick bukan sekadar pelatih interim yang gagal bersinar di Liga Primer. Ia adalah sosok visioner yang menanamkan benih revolusi dalam permainan modern.
Rangnick, manajer, eksekutif, dan mantan pemain asal Jerman, dikenal luas sebagai arsitek utama lahirnya gegenpressing. Ideologi taktis ini ia terapkan selama melatih klub-klub Jerman seperti Stuttgart, Hannover 96, Hoffenheim, Schalke, hingga RB Leipzig.
Saat tim lain memilih mundur untuk menyusun formasi setelah kehilangan bola, Rangnick justru memerintahkan anak asuhnya untuk langsung menekan balik lawan tanpa memberi waktu berpikir. Filosofinya sederhana: jika Anda merebut bola secepat mungkin, maka Anda akan mendominasi permainan lebih lama.
Inspirasi gegenpressing datang secara tak terduga. Tahun 1984, dalam sebuah laga persahabatan melawan Dynamo Kyiv, Rangnick muda terpukau oleh gaya pressing intens yang diterapkan oleh pelatih legendaris Ukraina, Valeriy Lobanovskyi.
Sejak saat itu, ia menanamkan gagasan pressing agresif di setiap tim yang dilatihnya. Rangnick bahkan ikut mempopulerkan zonal marking, strategi pertahanan yang kini digunakan hampir di seluruh level sepak bola.
Namun, membicarakan Rangnick tanpa menyinggung para guru yang membentuk ideologinya terasa tidak lengkap. Selain Lobanovskyi, pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Ernst Happel, Jupp Heynckes, Arrigo Sacchi, hingga Zdeněk Zeman.
Kini, generasi pelatih modern seperti Thomas Tuchel, JĂ¼rgen Klopp, Julian Nagelsmann, dan Ralph HasenhĂ¼ttl kerap menyebut Rangnick sebagai mentor taktis yang membimbing langkah mereka.
Di balik semua itu, Rangnick telah meninggalkan warisan: melahirkan filosofi gegenpressing sebagai senjata mematikan yang mengubah wajah sepak bola Eropa dalam dua dekade terakhir.