Jika bicara tentang euforia sepak bola Asia Tenggara, maka Piala AFF adalah puncaknya. Turnamen ini memang bukan yang paling bergengsi di benua Asia, tapi bagi negara-negara di kawasan ASEAN, ia ibarat Piala Dunia versi sendiri. Rivalitas panas Indonesia–Malaysia atau Thailand–Vietnam selalu membuatnya terasa istimewa.
Namun, tahukah kamu bagaimana awal mula Piala AFF lahir hingga akhirnya memiliki “anak-anak” seperti Piala AFF U-23?
Bir Singapura dan Kelahiran Piala AFF
Berbeda dengan turnamen sepak bola lain yang usianya ratusan tahun, Piala AFF baru muncul di penghujung 1990-an. Tepatnya pada 1996, Konfederasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) pertama kali menggelar turnamen ini di Singapura dengan nama Piala Tiger, sesuai sponsor utama kala itu, perusahaan bir Tiger Beer.
Enam negara menjadi pendiri sekaligus peserta utama: Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Namun sejak awal, Piala Tiger juga mengundang negara lain seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam untuk meramaikan persaingan.
Piala Tiger digelar selama lima edisi, yakni pada 1996, 1998, 2000, 2002, dan 2004. Mulai 2004, fase gugur pun diubah dengan sistem dua leg – kandang dan tandang – agar penonton di masing-masing negara bisa merasakan atmosfernya.
Pada 2007, Tiger Beer memutuskan mundur dari sponsorship. Setahun kemudian, giliran perusahaan otomotif Jepang, Suzuki, mengambil alih dan melahirkan nama baru: AFF Suzuki Cup. Nama ini bertahan cukup lama, digunakan pada edisi 2008, 2010, 2012, 2014, 2016, 2018, hingga 2020.
Namun, urusan nama turnamen selalu bergantung pada sponsor. Tahun 2022, Piala AFF berubah menjadi AFF Mitsubishi Electric Cup, dan edisi 2024 resmi bernama ASEAN Mitsubishi Electric Cup.
Lahirnya Piala AFF U-23 dan Turnamen Usia Muda Lainnya
Melihat kesuksesan Piala AFF, AFF lalu mengembangkan turnamen kelompok umur. Hadirlah Piala AFF U-16, U-19, dan U-23, menjadi ajang pembibitan sekaligus pembuktian generasi muda ASEAN.
Piala AFF U-23 pertama kali diadakan pada 2005 di Bangkok, Thailand. Saat itu, delapan tim ambil bagian: Myanmar, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Thailand, Singapura, Laos, dan Kamboja.
Indonesia dijadwalkan menjadi tuan rumah edisi kedua pada 2011 di Palembang. Namun, rencana itu batal karena Stadion Gelora Sriwijaya sedang direnovasi.
Indonesia baru benar-benar turun pada Piala AFF U-22 2019 di Kamboja. Pada debutnya, Garuda Muda langsung menorehkan sejarah dengan merebut gelar juara setelah mengalahkan Thailand 2-1 di final lewat gol Sani Rizki Fauzi dan Osvaldo Haay.
Skuad Indonesia saat itu dihiasi nama-nama yang kini jadi tulang punggung timnas, seperti Asnawi Mangkualam, Rachmat Irianto, Witan Sulaeman, dan Dimas Drajad.
Indonesia dan Mimpi Mengangkat Trofi Piala AFF Senior
Bagi Indonesia, Piala AFF adalah turnamen penuh harapan sekaligus kesedihan. Meski sudah enam kali menjejak final (2000, 2002, 2004, 2010, 2016, 2020), Garuda tak kunjung meraih gelar.
Thailand menjadi “momok” terbesar, empat kali menaklukkan Indonesia di final pada edisi 2000, 2002, 2016, dan 2020. Sementara itu, pada dua final lainnya, Indonesia kalah dari Singapura dan Malaysia.
Negara Tersukses di Piala AFF dan Piala AFF U-23
Thailand memegang rekor sebagai raja Piala AFF dengan tujuh gelar juara (1996, 2000, 2002, 2014, 2016, 2020, 2022), disusul Singapura (4 kali), Vietnam (3 kali), dan Malaysia (1 kali).
Sementara di Piala AFF U-23, Vietnam menjadi negara tersukses, dengan Indonesia dan Thailand baru sekali merasakan gelar juara.
Indonesia terakhir kali mengangkat trofi Piala AFF U-23 pada 2019, sedangkan Thailand mencatat sejarah sebagai juara perdana di edisi 2005.