Dunia olahraga terus berkembang pesat, tidak hanya dari segi performa atlet, tetapi juga dalam hal teknologi. Peran teknologi seperti VAR (Video Assistant Referee) dan Hawk-Eye telah merevolusi cara pertandingan dipantau dan diputuskan. Keduanya hadir sebagai alat bantu wasit dan ofisial dalam mengambil keputusan secara lebih adil dan akurat.
Teknologi ini awalnya sempat menuai kontroversi, namun kini menjadi bagian tak terpisahkan dalam berbagai cabang olahraga. Dari sepak bola, tenis, bulu tangkis, hingga kriket, kehadiran teknologi berperan besar dalam menciptakan keadilan dan transparansi di arena kompetisi.
VAR atau Video Assistant Referee mulai populer sejak diterapkan secara resmi oleh FIFA pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Teknologi ini memungkinkan wasit untuk meninjau ulang insiden penting dalam pertandingan menggunakan tayangan video dari berbagai sudut kamera.
VAR digunakan dalam empat keputusan penting, yakni gol dan pelanggaran sebelum gol, penalti atau tidaknya sebuah insiden, kartu merah langsung dan kesalahan identitas pemain. Mekanismenya pun terstruktur. Wasit utama dapat berkonsultasi dengan tim VAR yang berada di ruang kendali, atau meninjau langsung tayangan ulang melalui monitor di pinggir lapangan.
Meski sempat dikritik karena memperlambat jalannya pertandingan, VAR terbukti meningkatkan akurasi keputusan. Menurut FIFA, tingkat akurasi wasit di Piala Dunia 2018 naik dari 95% menjadi 99,3% berkat bantuan VAR.
Hawk-Eye: Ketepatan Tinggi dalam Sekejap Detik
Sementara itu, dalam olahraga seperti tenis dan kriket, peran Hawk-Eye sangat dominan. Teknologi berbasis pelacakan kamera ini mampu menentukan secara presisi apakah bola menyentuh garis atau tidak, dalam hitungan milidetik.
Di dunia tenis profesional, Hawk-Eye menjadi solusi untuk keputusan garis yang kerap menimbulkan perdebatan. Sistem ini memproyeksikan jalur bola menggunakan citra 3D dan memberikan hasil instan apakah bola masuk atau keluar. Pemain juga memiliki hak untuk “challenge” atau menantang keputusan wasit, yang kemudian diputuskan oleh sistem Hawk-Eye.
Keunggulan Hawk-Eye tidak hanya pada kecepatannya, tapi juga akurasinya yang bisa mencapai hingga 99%, membuat teknologi ini dipercaya dalam turnamen elite seperti Wimbledon, US Open, dan Australian Open.
Tak hanya di sepak bola dan tenis, bulu tangkis dan kriket juga mengadopsi teknologi serupa. Di bulu tangkis, sistem Instant Review System (IRS) yang mirip Hawk-Eye kini rutin digunakan di turnamen BWF World Tour. Atlet bisa menantang keputusan line judge sebanyak dua kali per gim.
Dalam kriket, teknologi seperti Hawk-Eye dan DRS (Decision Review System) telah membantu dalam mengambil keputusan LBW (Leg Before Wicket), review tangkapan, dan lainnya. DRS yang juga menggunakan UltraEdge dan Ball Tracking kini menjadi fitur wajib dalam hampir semua laga internasional.
Keadilan dan Transparansi Lebih Terjaga
Keunggulan utama dari teknologi dalam olahraga adalah meningkatkan akurasi keputusan dan mengurangi kesalahan manusia yang bisa berdampak besar pada hasil pertandingan. Dengan kehadiran sistem seperti VAR dan Hawk-Eye, keputusan yang diambil menjadi lebih objektif dan adil, baik untuk pemain, tim, maupun penonton.
Selain itu, teknologi juga memberi efek psikologis positif kepada atlet. Mereka tahu bahwa hasil pertandingan lebih dipengaruhi performa daripada kesalahan ofisial lapangan.
Namun, bukan berarti teknologi ini bebas kritik. Salah satu yang paling sering disorot adalah waktu yang terbuang saat pengecekan VAR dalam sepak bola. Banyak pihak merasa bahwa terlalu seringnya interupsi membuat ritme permainan terganggu dan emosi penonton terpecah.
Di tenis dan bulu tangkis, meski keputusan teknologi diterima lebih luas, tetap ada pertanyaan soal akurasi sistem kamera di kondisi pencahayaan atau kecepatan ekstrem. Beberapa kesalahan visual dalam grafik Hawk-Eye sempat menjadi sorotan media.
Di luar teknis, ada pula perdebatan filosofis: apakah olahraga harus tetap “manusiawi” dengan segala risikonya, atau menyerahkan semua pada sistem otomatis?
Adaptasi dan Masa Depan Teknologi di Olahraga
Meski masih menuai pro dan kontra, arah perkembangan olahraga jelas menuju otomatisasi dan digitalisasi yang lebih tinggi. Organisasi seperti FIFA, IOC, BWF, dan ICC secara bertahap meningkatkan kualitas dan jumlah teknologi yang digunakan.
Beberapa teknologi baru bahkan tengah diuji coba, seperti:
-
VAR semi-otomatis offside dengan pelacakan sensor di sepatu pemain.
-
AI Referee Assist yang mampu memberikan rekomendasi secara real-time.
-
Sensor mikro di bola dan net untuk mendeteksi pelanggaran secara instan.
Tak hanya untuk wasit, teknologi kini juga digunakan untuk analisis performa atlet, pemulihan cedera, hingga interaksi dengan fans melalui augmented reality (AR) dan wearable devices.
Indonesia dan Penggunaan Teknologi dalam Olahraga
Indonesia juga mulai mengadopsi teknologi ini. Di Liga 1, VAR resmi mulai digunakan sejak musim 2024/2025, meski masih dalam tahap pengembangan. Dalam turnamen bulu tangkis internasional di Tanah Air, sistem IRS telah diterapkan sesuai standar BWF.
Di cabang lain, seperti e-sports, teknologi pengawasan bahkan lebih maju, dengan penggunaan AI untuk mendeteksi kecurangan atau manipulasi skor secara real time.